supernova

Archive for November, 2010|Monthly archive page

Obama Speech for Indonesia

In Uncategorized on November 11, 2010 at 2:03 am
That is not to say that Indonesia is without imperfections.  No country is.  But here we can find the ability to bridge divides of race and region and religion — by the ability to see yourself in other people.  As a child of a different race who came here from a distant country, I found this spirit in the greeting that I received upon moving here:  Selamat Datang.  As a Christian visiting a mosque on this visit, I found it in the words of a leader who was asked about my visit and said, “Muslims are also allowed in churches.  We are all God’s followers.”

Banyak Jalan Menuju Roma

In Note to self on November 3, 2010 at 6:34 pm

Ini bukan hasil jepretan saya kok. Hehe, ini dia salah satu kebetulan saya setelah melancong ke Kota Kembang bersama Leonardo Da Vinci. Foto-foto ini adalah hasil jalan-jalan seorang backpacker yang juga berprofesi sebagai wartawan senior sebuah harian nasional terbitan ibukota, Elok Dyah Messwati.

Pada awal pertemuan dengan Mbak Elok, saya masih berstatus magang di tempat yang sama dengan beliau. Dia menanyakan hal ini kepada saya, “Kamu serius mau jadi wartawan?”. Kemudian saya jawab, ”Saya ingin belajar di dunia yang selama ini saya geluti”.

Selayaknya pertanyaan tadi, mungkin jawaban saya kurang pas. Menjadi jurnalis memang cita-cita saya. Tapi bukan puncak tujuan hidup saya yang terakhir. Mungkin saya pernah menulisnya di blog yang terdahulu. Saya ingin menjadi enterpreneur tanpa harus mengesampingkan hobi menulis.

Pembicaraan yang tak terbilang singkat itu berlangsung diantara saya dengan Mbak Elok di bilik tengah kantor yang bersekat empat itu. Beliau kemudian menceritakan passion-nya di dunia traveling. “Banyak orang yang tanya kenapa aku bisa sempet pergi ke beberapa negara dalam seminggu. Halllooo, kan ada cuti. Mereka yang biasanya gunakan untuk santai di rumah leyeh-leyeh. Ya kalo aku mending pergi backpacker keliling dunia” ucap Elok dengan gaya bicaranya yang khas.

Kemaren baru saja membaca buku The Naked Traveler, karya Trinity. Sekarang malah bertemu dengan seorang yang memiliki hobi yang sama namun beda nama. Mbak Elok, begitu saya akrab memanggilnya, kemudian memintaku untuk mengunjungi Komunitas Backpacker Dunia. Hihi, dengan senang hati, Mbak!

Facebook: Backpacker Dunia
Twitter: BackpackerDunia
Email: backpackerdunia@yahoo.com
Milis: http://groups.yahoo.com/group/backpackerdunia
Blog: http://backpackerdunia.multiply.com/

Sejak obrolan kami waktu itu, saya pun kembali mengingatkan diri saya akan mimpi pergi ke Italia. Seperti kata pepatah, “Banyak jalan menuju Roma”. Semoga saja ini bukan angan-angan belaka. ITALY, suatu hari nanti.

Kembali ke pembicaraan awal. Rencananya, wanita kelahiran Surabaya, 5 Agustus 1969 yang sejak kecil memang hobi menulis dan jalan-jalan ini, ingin serius menggarap buku-buku traveling. “Saya memang menyukai travelling sejak kecil. Suamiku juga sudah hafal dengan hobiku ini. Dan dia juga selalu bersedia berkeliling ke sejumlah negara bersamaku” ucap wanita yang baru saja meluncurkan buku perdananya; Backpacking Hemat ke Australia.

“Semoga setelah buku Backpacking Hemat ke Australia ini akan ada buku-buku traveling lainnya yang akan saya tulis dan terbitkan. Buku kedua sedang saya usahakan. Hingga sekarang masih ngumpulin bahan. Maunya sih diberi judul yang sama dengan album foto saya di Facebook, Mimpi Eropa. Ditunggu aja ya!” tambahnya memberi bocoran.

Selain soal passionnya yang membuat saya tertarik, Mbak Elok juga mengajarkan saya bagaimana menjadi enterpreneur sejak dini. Hal ini datang karena beberapa muda-mudi sering kali bertanya kepadanya mengenai pekerjaan, “Cariin aku pekerjaan dong mbak!”

“Mending kamu usaha sendiri. Modal sewa tempat di depan Indomart, bayar orang untuk berjualan, trus beli buah-buahan, langsung deh pasang iklan ‘Jus Awet Muda’. Asal inovatif dan pangsa pasar cocok, pasti berhasil” jawabnya.

Selain soal berbisnis, secara pribadi Mbak Elok banyak membantu saya selama berada di kantor. Kita pernah makan siang (walaupun cuma 2 kali sih), pernah pergi liputan bareng (walau beda desk), dan berbicara ngelantur sampe kemana-mana.

Lucunya, saat itu beliau mengajak saya untuk liputan di Hardrock Cafe saat launching album Sandy Sondoro. Tetapi karena beda desk, rencana keluar ini harus diam-diam. Setelah balik ke meja kerja, saya menemukan secarik kertas bertuliskan, “Aku tunggu di lobby dasar ya – Elok”

Akhirnya, saya pun tanpa pamit menyusulnya di lobby. Setelah itu, ditengah derasnya hujan Jakarta dan disertai macet, saya dan Mbak Elok pergi ke Hardrock Cafe. Tapi ternyata esok harinya, kepergian saya tanpa pamit itu disadari oleh banyak karyawan kantor. Salah satunya Sekertaris Redaksi, Mbak Retno.

Beliau menanyakan, ”Kamu kemarin kemana? Lain kali kalau kamu mau pergi bilang dulu. Jangan langsung ngeloyor aja. Seperti yang saya bilang, disini sistemnya kayak orang kerja. Jadi ada aturannya”. Mengalami hal ini saya terpaksa diam dan tertawa sendiri.Yasudahlah, kata saya dalam hati. Hehe.

After all, thank you Mrs. Elok for being nice to me. You are such an inspiration and act like my mom. Hehe. Salam Backpacker Dunia!

I’m Here, It’s Okay!

In eat movies on November 3, 2010 at 4:47 pm

Hi there! Sudah ada yg nonton ini belum? (Yes, I’m talking about Spike Jonze‘s movie, I’m Here). Saat ini, kita bisa nonton via online dengan batasan 5000 pengunjung perhari.

Film pendek ini berdurasi 29 menit.  Sutradara dari Being John Malkovich (1999), Adaptation (2002), Where the Wild Things Are (2009) dan beberapa video musik untuk artis-artis seperti Sonic Youth, Beasty Boys dan Weezer ini berhasil membuat sebuah fabel manis tentang sepotong kehidupan dimana robot dan manusia hidup berdampingan.

Sheldon (Andrew Garfield) adalah robot. Hidup sendiri dan bekerja di sebuah perpustakaan, ia menjalani kehidupan yang boleh jadi terasa membosankan. Namun kita bisa melihat semangat di diri Sheldon, sebuah keinginan untuk keluar dari rutinitas. Sheldon membutuhkan petualangan, atau setidaknya seorang teman. Suatu hari di sebuah tempat pemberhentian bus, Sheldon bertemu Francesca (Sienna Guillory), robot perempuan yang sialnya sedang diteriaki nenek-nenek tua renta, “You can’t drive a car,” sahut sang nenek memarahi Francesca, “you’re not allow to drive a car!” Francesca adalah robot pembangkang, ia tak menghiraukan ocehan sang nenek dan segera tancap gas dengan mobilnya. Sheldon yang kikuk hanya bisa memandang kagum atas keberanian Francesca. Kedua robot itu akhirnya bertemu kembali di kemudian hari, untuk lantas menghabiskan waktu bersama, hingga akhirnya saling jatuh cinta. Tentu saja bukan cinta namanya jika tak ada pengorbanan. Francesca adalah robot yang ceroboh, dan kecerobohannya mengharuskan Sheldon untuk berkorban.

Yuk, nonton bareng! http://www.imheremovie.com/.

 

Attraversiamo!

In Uncategorized on November 3, 2010 at 3:05 pm

Dengan bertuliskan  nama hotel yang kami tempati, si pemilik kaki ini adalah sahabat yang menemani saya menghabiskan waktu di Bandung selama 34 jam. Awalnya kami berniat datang ke sebuah acara festival musik blues yang disponsori oleh suatu pabrik rokok. Namun, dewi fortuna tidak memberikan kesempatan kepada kami untuk datang secara GRATIS. Haha. Sehingga, kami harus menyusun rencana lain. Nggak masalah sih,’ toh kita nggak ngerti blues juga sebenernya..hehe.

Pada awalnya, memang kita hanya ingin ketemuan. Soalnya, hari-hari sebelumnya selalu berakhir dengan kalimat, “Hmm.. next time yah”. Kali ini, hari dimana kita bertekad tidak ada kata BESOK.

Lucunya, apa yang terjadi dengan saya saat ini tidak jauh-jauh dari  apa yang terjadi saat itu 16 Oktober 2010 – 17 Oktober 2010. Sebelum saya cerita lebih jauh ke sesuatu yang kebetulan itu,  pelarian ke Kota Kembang ini membawa banyak pelajaran bagi saya. After all, terimakasih ya Servincia Kamaputri for a lovely random weekend!

***

“Finally Bandung!” begitulah yang terucap dalam hati ketika pandangan mata dari arah  kaca kanan mobil mulai disapa dengan kebun Teh Walini, Bandung. Saya suka kota Bandung. Alasannya cukup simple, udaranya lebih segar dibanding Jakarta. Mungkin karena Bandung jarang ada bus kota dengan asap knalpot yang mengepul. Aduh, kalau kalian pernah ke Terminal blok M, mungkin bernasib sama seperti saya. Menahan nafas lebih baik dibanding harus menghirup asap knalpot yang menyembul dari pintu masuk bus.

Kembali ke topik awal. Ketika di dalam perjalanan ke Bandung, saya menemukan buku ini di balik jok mobil. THE NAKED TRAVELER 2 , karya Trinity. Buku kepunyaan si pemilik sendal ini saya embat hingga ke kamar hotel. Setelah iseng membaca bab pertama buku itu, saya tersenyum melihat tulisan ini, ”When was the last time you did something for the first time?”. Ya, mulailah diri saya bertanya ke diri sendiri seperti itu. Bila itu juga yang nyangkut dikepalamu dan sudah tidak bisa menjawabnya. Berarti jawabannya, kalian harus mulai melakukan sesuatu yang baru (lagi).

Singkat kata, buku ini sangat menarik. Pengalaman menjelajahi dunia bukanlah sekedar mimpi belaka. Jalan-jalan ala backpacker tidak semata-mata hanya pupus ditengah jalan karena masalah faktor U (re: uang). Dari cerita mbak-mbak kantoran yang memiliki passion sebagai backpacker dunia ini, saya jadi tahu lebih banyak, meyakini lebih banyak, dan bermimpi lebih banyak. Toh, ada pepatah mengatakan, “Banyak jalan menuju Roma”. Hihi..

****

Pemilik sepatu ini sangat inspiratif. Melihat isi blognya membuat saya ingin membuat satu posting-an yang sama dengan konsepnya. If you believe that shoes represents people’s character, you must check out her blog.

It’s amazing! http://www.mykindofperson.blogspot.com/

Saya tidak kenal dengannya. Hmm, jika memang dunia itu sempit, mungkin suatu hari nanti saya bisa bicara langsung dengannya, “Hallo Nasta, saya Astri. Bolehkah sepatuku berpose bareng dengan sepatumu?” Hehhe..

Well, dalam salah satu postingannya, Nasta pernah menulis seperti ini, ” Memang sekali-kali kita perlu keluar dari dunia kita dan melakukan hal-hal yang random” Yup. Selama berada di Bandung, saya dan teman saya melakukan hal-hal yang random. Dari hal mencari makan yang berujung dengan menelfon 14022 sampai akhirnya nonton bioskop di sebuah mall yang  kebetulan bersebelahan dengan hotel tempat kami tinggal.

***

EAT, PRAY, LOVE. Yes, sebuah film karya Ryan Murphy ini akhirnya saya tonton juga. Sama seperti orang Indonesia umumnya,  saya pun digeluti rasa penasaran “Seperti apa negara saya di film sekelas Hollywood yang dibintangi oleh Julia Roberts ini?”

Banyak yang bilang, film ini terlalu membosankan. Ya, mungkin karena tidak ada konflik yang berarti yang disajikan di film ini. Ceritanya standar, tentang penemuan-penemuan jati diri dari sebuah perjalanan. Satu yang cukup menarik adalah ketika ia berhasil memaafkan dirinya sendiri, atas beberapa kegagalan yang dihadapi sebelumya, termasuk kegagalan pernikahannya.  Hmm, tentu alasan saya mengatakan film ini adalah cukup baik ternyata dipertanyakan oleh banyak orang.

Saya tidak mau banyak berkomentar mengapa film ini saya anggap bagus. Selain karena faktor kebudayaannya yang menggelitik, film itu sangatlah… saya.

Well, I wanted to share with you 8 little gems I took home from it. These are all lines from the movie that spoke to me for some reason. My thoughts about each are in the italics.

1. “But who for?” “For you, Liz.”. When buying lingerie, you don’t have to buy it for anyone but yourself. Beautiful things can just be for you. It’s okay to enjoy them da sola.

2. “You must select your thoughts for the day like you do your clothes.” Take control of the words you speak to yourself. Choose them as deliberately as you do your pants and shoes.

3. “God dwells within you, as you.”He is not interested in your performance. He would rather you be a second rate version of yourself than a first rate version of somebody else. You do not need to be anything but who you are, for Him to love you.

4. “Even smile in your liver”. Create a practice of happiness deep down into your organs.

5. “The only way to heal is to trust”. And the only way to trust again is to forgive. Forgiveness of self and others is the door through all of our greatest barriers.

6. “Sometimes to loose balance in love is part of living balance in life.” To recite my favorite line from the Moulain Rouge,”The greatest thing we can ever learn is just to love and be loved in return.” And love  requires sacrifice. But knowing who is worthy of that kind of sacrifice is true wisdom.

7. “Go ahead. Run away from me. But you are running away from all the great possibilities of your life.This is not just the words of handsome Javier Bardem in the film… I think God spends a lot of his time saying kind of the same thing to us.

8. “Attraversiamo.” Let’s cross  over. It’s time to take the risks that will grow us into the people we are destined to be.

***

Hmmm, tidak usah nunggu saya sampai colongan curhat, tentu kalian pernah merasakan saat menonton film sambil cengangas-cengenges sendirian karena film itu jadi buat kalian seperti “ngaca”. Haha.. Now, how about you? What are your thoughts about Eat, Pray, Love, the movie or the book?

Setelah petualangan saya dengan pemilik Sendal Hotel ini secara random, besoknya saya mulai menemukan beberapa kebetulan lainnya. Kebetulan – kebetulan itulah yang membuat saya berfikir bahwa, “Everyday may not be a good one, but there is good in every day”.

Karena, hidup itu penuh misteri. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Yang kita anggap sebagai kemalangan, justru sebaliknya, adalah keberuntungan. In the mean-time, please sit back, relax and enjoy the ride! Attraversiamo!