Begins with a single step

I believe there’s no good in Good Bye. Good Bye is never been good to everything for me. Especially when I have to say that for people that I really love.

Di lagu ini, Dewi Lestari mengawali semua penat yang ingin ku ceritakan. Malam itu, adalah malam dimana hati sebagai taruhannya. Logikanya, kami sadar apa yang terjadi. Rasa sakitnya dan rasa sakitku.  Sialnya, akulah yang menjadi hakim dari setiap keputusan. Ini berat, sungguh. Sampai detik ini pun, rasa ini enggan pergi. Menyesal? Tidak.

Aku berusaha mencari sisi positif dari keputusan penuh resiko ini. Dia harus bahagia. Ini penting. Lengkapnya, kami harus bahagia. Aku sayang dia. Sama seperti diriku sendiri. Kau bisa bayangkan, berpisah dengan dirimu sendiri. Oh, no.. i was there 😦

Banyak yang terjadi sejak saat itu. Realize is the key. There’s something i couldn’t deal with him. Kejujuran adalah hal yang paling dinanti. Meski buruk, aku siap. Meski ribuan kali kau bilang tidak, aku tau kamu disana mengeluhkannya. Maybe, I’m not your star.  Isn’t that what you said?

Aku kembali meyakinkan diriku. Dia berkali-kali mengeluhkan rasa sakitnya. Kesendirian kah yang membuatmu begitu? Kalau iya, waktu akan menyembuhkanmu suatu saat nanti. Aku tidak ingin, sesuatu dipaksakan bersama karena ketidaksanggupannya dalam mengatasi kesendirian.

Langkahku semakin berat. Sesuatu diantara kita menguap diantara kemampuan berbicara kita yang mulai melemah. Selama tidak membicarakan soal hati, kita aman. Ternyata, diam pun tidak selamanya emas dalam masalah ini. Tidak mengobati apapun.

Jika memang tidak ada yang baik, aku rasa kita bisa belajar dari sesuatu yang tidak baik dari kata pisah. Entah kau sadar atau tidak, kau mulai melakukan hal2 yang tidak aku sukai. Lagi-lagi aku meyakinkan bahwa, you’re not mine anymore. Tidak ada hak untuk marah, sedih, bahkan komplain. It’s hard. And, hurt too.

Sekarang keadaan sudah berubah. Malam kasih sayang pun aku lewati dengan kesendirian setelah berbagi bersama keluarga. Tidak perlu gegabah dalam mengobati rasa sakit, atau mencari cinta ini prinsipku sejak dulu. Sedangkan, dirinya sudah kembali seperti sediakala. I think, he’s falling in love with someone right now. Look at you! You’re smiling.  I am really, truly happy for you. I mean it :)

Wanting you happy is more important than just wanting you. So thank you for making me a fighter. It was the hardest thing I ever have to do in my life. In case you forget, you inspired me a lot. Lo idola gua sejak pertama kali gua bilang itu ke lo.

PS: This song had dedicated to R.A.H

Tentang Agastrigi

someone told me, if you have voices and imaginary characters in your head and constant inner dialogues, you’re not crazy. you’re a writer.

Mengutip dari Blog saya sebelumnya, saya percaya inspirasi bisa datang dari mana saja. Dikala susah, sedih, senang, ketika menunggu mbok jamu yang selalu dinanti di sore hari,  atau bahkan seseorang yang belum pernah bertemu sebelomnya. Oh, human are really interesting! Termasuk juga pikiran yang berbeda setiap individu masing-masing.

Itulah dasar saya menciptakan Rasa Tinta ini. Jadi seorang jurnalis adalah salah satu cita-cita saya. I have my hard part then, menulis tidak lagi mudah, there’s no free flow like I climb the highest mountain, tak mudah juga untuk berbicara, apalagi di depan layar kaca, dan saya sadar butuh waktu untuk matang.

Agastrigi,
Nama yang saya buat dengan bahasa G (baca: Astri). Mengenyam pendidikan di semester enam Fakultas Komunikasi di Universitas.Prof.Dr. Moestopo.  Dengan harapan blog ini tercipta agar saya berkembang, utarakan isi hati juga pikiran. Saya ingin berbagi tentang apa yang saya alami, dan menyempurnakannya dalam satu bentuk tulisan yang saya harap dapat nyaman dibaca dan dipahami bagi yang melihat.

Tinta yang Menyebabkan Titik

Hai semua! Sejujurnya, ini bukan blog pertama dari saya. Dulu saya menamakan diri sebagai Burung Hitam yang terbang www.youpopinmymind.blogspot.com tapi kini saya pindah aliran. Hehe. Motivasinya biar celotehan-celotehan saya terdengar lebih membangun dibanding sebelumnya. Saya masih ingin selalu menulis. Tinta diatas kertas bisa jadi saksi yang tidak akan pernah pergi.

Terkadang kita terpojok dalam keadaan dimana keahlian kita dalam berbicara menguap. Saya percaya, tinta bisa mewakilkan rasa yang pernah saya alami, kata-kata yang belum sempat diucapkan, sentuhan yang belum pernah saya jamah. Mari kita berbagi, dengan tinta. Hingga menemukan titik 🙂